Sabtu, 28 Januari 2012 - 0 komentar

Biografi Y.B Mangun Wijaya


Y.B Mangun Wijaya

Nama Lengkap              : Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
Tempat/ tanggal lahir     : Ambarawa, Kab. Semarang/ 6 mei 1929
Meninggal                     : Jakarta/ 10 Februari 1999


Romo mangun adalah sebutan akrabnya. Merupakan anak sulung dengan sebelas adik, tujuh diantaranya perempuan Pada masa hidupnya selain sebagai seorang arsitek beliau juga dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, penulis, aktivis dan pembela rakyat kecil. Ia merupakan seorang arsitek yang sangat peduli terhadap rakyat kecil.        Sebagai bentuk pedulinya beliau merancang pemukiman bantaran kali code, Ia memberikan pendampingan pada korban waduk Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah Agung, untuk jasanya itu ia dicap komunis oleh orde baru. Ia juga sangat peduli terhadap pendidikan hingga mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yaitu yayasan pendidikan untuk anak miskin dan terlantar. Hingga ia pun pernah berkata
When I die, let me die as a primary school teacher”.


 §  1936
§  Masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang.
§  1943
§  Tamat HIS, meneruskan ke STM Jetis, Yogyakarta.
§  Ikut kingrohosi yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan, Yogyakarta.
§  Mulai tertarik mempelajari Sejarah Dunia dan Filsafat.
§  1944
§  STM Jetis dibubarkan, dan dijadikan markas perjuangan tentara RI.
§  Ikut aksi pencurian mobil-mobil tentara Jepang.
§  1945
§  Menjadi prajurit TKR Batalyon X divisi III. Bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen.
§  1946
§  Melanjutkan sekolah di STM Jetis.
§  Menjadi prajurit Tentara Pelajar, pernah bertugas menjadi sopir pendamping Panglima Perang Sri Sultan Hamengkubuwono IX memeriksa pasukan.
§  1947
§  Lulus STM Jetis.
§  Saat Agresi Militer Belanda I, tergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu.
§  1948
§  Masuk SMU-B Santo Albertus, Malang
§  1950
§  Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.
§  1951
§  Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta.
§  1952
§  Pindah ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang.
§  1953
§  Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
§  1959
§  8 September ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
§  Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB.
§  1960
§  Melanjutkan pendidikan arsitektur di Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule,Aachen, Jerman.
§  1963
§  Menemani saat Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ meninggal dunia di Biara Suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di Harleen, Belanda
§  1966
§  Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
§  1967-1980
§  Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang.
§  Mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti Gus Dur dan Ibu Gedong Bagoes Oka.
§  Menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM.
§  Mulai menulis artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
§  1975
§  Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
§  1978
§  Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.
§  1980-1986
§  Mendampingi warga tepi Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan mogok makan menolak rencana penggusuran.
§  1986-1994
§  Mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban proyek pembangunan waduk.
§  1992
§  Mendapat The Aga Khan Award untuk arsitektur Kali Code.
§  1994
§  Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
§  1998 26 Mei
§  Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta.
§  10 Februari 1999
§  Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminarMeningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta.

PENDIDIKAN
§  HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang (1936-1943)
§  STM Jetis, Yogyakarta (1943-1947)
§  SMU-B Santo Albertus, Malang (1948-1951)
§  Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta (1951)
§  Filsafat Teologi Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)
§  Teknik Arsitektur, ITB, Bandung (1959)
§  Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966)
§  Fellow Aspen Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978)


KARYA-KARYA ARSITEKTUR

§  Pemukiman warga tepi Kali Code, Yogyakarta
§  Kompleks Religi Sendangsono, Yogyakarta
§  Gedung Keuskupan Agung Semarang
§  Gedung Bentara Budaya, Jakarta
§  Gereja Katolik Jetis, Yogyakarta
§  Gereja Katolik Cilincing, Jakarta
§  Markas Kowihan II
§  Biara Trappist Gedono, Salatiga, Semarang
§  Gereja Maria Assumpta, Klaten
§  Gereja Maria Sapta Duka, Mendut
§  Gereja Katolik St. Pius X, Blora

PENGHARGAAN
§  Penghargaan Kincir Emas untuk penulisan cerpen dari Radio Nederland
§  Aga Khan Award for Architecture untuk permukiman warga pinggiran Kali Code, Yogyakarta [www.akdn.org/agency/akaa/fifthcycle/indonesia.html]
§  Penghargaan arsitektur dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk tempat peziarahanSendangsono.
§  Pernghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996























| HOME |

0 komentar:

Posting Komentar