Y.B Mangun Wijaya
Nama Lengkap : Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
Tempat/ tanggal lahir : Ambarawa, Kab. Semarang/ 6 mei 1929
Meninggal : Jakarta/ 10 Februari 1999
Tempat/ tanggal lahir : Ambarawa, Kab. Semarang/ 6 mei 1929
Meninggal : Jakarta/ 10 Februari 1999
Romo
mangun adalah sebutan akrabnya. Merupakan anak sulung dengan sebelas adik,
tujuh diantaranya perempuan Pada masa hidupnya selain sebagai seorang arsitek beliau
juga dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, penulis, aktivis dan pembela rakyat
kecil. Ia merupakan seorang arsitek yang sangat peduli terhadap rakyat kecil. Sebagai bentuk pedulinya beliau merancang
pemukiman bantaran kali code, Ia memberikan pendampingan pada korban waduk
Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah Agung, untuk jasanya itu ia dicap
komunis oleh orde baru. Ia juga sangat peduli terhadap pendidikan hingga
mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yaitu yayasan pendidikan untuk anak
miskin dan terlantar. Hingga ia pun pernah berkata
“When I die, let me die as a primary school teacher”.
“When I die, let me die as a primary school teacher”.
§
1943
§
Ikut kingrohosi yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan, Yogyakarta.
§
Mulai tertarik
mempelajari Sejarah Dunia dan Filsafat.
§
1944
§
STM Jetis
dibubarkan, dan dijadikan markas perjuangan tentara RI.
§
1945
§
Menjadi prajurit TKR Batalyon X divisi
III. Bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru,
Yogyakarta. Ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen.
§
1946
§
Melanjutkan sekolah
di STM Jetis.
§
Menjadi prajurit Tentara Pelajar, pernah bertugas menjadi sopir pendamping
Panglima Perang Sri Sultan Hamengkubuwono IX memeriksa pasukan.
§
1947
§
Lulus STM Jetis.
§
1948
§
1950
§
Sebagai perwakilan
dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun kota Malang.
Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh
bagi masa depannya.
§
1951
§
1952
§
1953
§
Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi
Santo Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
§
1959
§
1960
§
Melanjutkan
pendidikan arsitektur di Rheinisch Westfaelische Technische
Hochschule,Aachen, Jerman.
§
1963
§
Menemani saat Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ meninggal dunia di Biara Suster Pusat
Penyelenggaraan Ilahi di Harleen, Belanda
§
1966
§
Lulus pendidikan
arsitektur dan kembali ke Indonesia.
§
1967-1980
§
Mulai menulis
artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan,
dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
§
1975
§
Memenangkan Piala
Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
§
1978
§
Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat
tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.
§
1980-1986
§
Mendampingi warga
tepi Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan mogok makan menolak
rencana penggusuran.
§
1986-1994
§
1992
§
1994
§
Mendirikan
laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD
Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
§
1998 26
Mei
§
Romo
Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan
terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta.
§
10
Februari 1999
§
Wafat
karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminarMeningkatkan
Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta.
PENDIDIKAN
§
SMU-B Santo
Albertus, Malang (1948-1951)
§
Filsafat Teologi
Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)
§
Teknik Arsitektur,
ITB, Bandung (1959)
§
Rheinisch
Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966)
§
Fellow Aspen
Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978)
KARYA-KARYA ARSITEKTUR
§
Gedung Keuskupan
Agung Semarang
§
Gedung Bentara
Budaya, Jakarta
§
Gereja Katolik
Jetis, Yogyakarta
§
Gereja Katolik
Cilincing, Jakarta
§
Markas Kowihan II
§
Biara Trappist
Gedono, Salatiga, Semarang
§
Gereja Maria
Assumpta, Klaten
§
Gereja Maria Sapta
Duka, Mendut
§
Gereja
Katolik St. Pius X, Blora
PENGHARGAAN
§
Penghargaan Kincir
Emas untuk penulisan cerpen dari Radio Nederland
§
Aga Khan Award for
Architecture untuk permukiman warga pinggiran Kali Code, Yogyakarta [www.akdn.org/agency/akaa/fifthcycle/indonesia.html]
§
Pernghargaan sastra
se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996
0 komentar:
Posting Komentar